Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari budaya manusia melalui analisis material yang ditinggalkan. Dalam konteks ini, statistik memainkan peran penting dalam membantu arkeolog memahami data yang ditemukan, mulai dari sketsa, gerabah, hingga tempat perkemahan kuno. Dengan menerapkan metode statistik, kita dapat mengungkap pola dan tren yang mungkin tidak terlihat dengan mata telanjang.
Salah satu contoh penerapan statistik dalam arkeologi adalah analisis temuan gerabah dan tembikar. Dengan mengukur variasi dalam bentuk, ukuran, dan dekorasi, arkeolog dapat mengidentifikasi periode waktu tertentu atau budaya yang menghasilkan benda-benda tersebut. Demikian pula, analisis statistik terhadap Kjokkenmoddinger, atau tumpukan sampah dapur prasejarah, dapat memberikan wawasan tentang pola makan dan kebiasaan masyarakat pada masa itu.
Selain itu, situs seperti Abris Sous Roche, atau tempat perlindungan di bawah batu, sering kali menyimpan lapisan budaya yang dapat dianalisis secara statistik untuk memahami urutan waktu dan perubahan budaya. Begitu juga dengan temuan seperti Tongkonan (rumah adat Toraja) dan Batu Pipisan (alat penggiling tradisional), yang melalui analisis statistik dapat mengungkapkan informasi tentang teknologi dan kehidupan sosial masyarakat masa lalu.
Terakhir, artefak seperti Pelana Kuda Pangeran Diponegoro tidak hanya memiliki nilai sejarah tetapi juga dapat dianalisis untuk memahami lebih dalam tentang peralatan dan teknologi transportasi pada masanya. Dengan demikian, statistik dalam arkeologi bukan hanya tentang angka, tetapi tentang membuka jendela ke masa lalu.